So You Won't Have To ...................................


Suka nonton serial Ally McBeal kan ?
Ingat tidak di dalam salah satu episode-nya
diceritakan seorang gadis remaja yang hanya punya waktu 6
minggu untuk hidup karena masalah jantung.

Serena, nama gadis itu, memiliki seorang ayah yang dipenjara seumur hidup
karena terbukti membunuh istrinya sendiri-tentunya ibu dari Serena.

Tetapi sekarang, hanya jantung sang ayah yang bisa memberi harapan pada
Serena untuk tetap hidup. Yang menjadi kendala adalah masalah hukum.
Hukum negara bagian dimana mereka tinggal tidak mengijinkan hal-hal semacam
suntik mati, dll, apalagi "membunuh" seorang manusia untuk menyelamatkan
manusia lainnya.

Pengacara Serena (dari badan hukum di mana Ally bekerja) mengajukan argumen:

Sederhana saja. Si ayah tidak memiliki masa depan. Dia akan menghabiskan
seluruh hidupnya di penjara. Dia rela memberikan jantungnya kepada anaknya.

Si anak masih remaja. Masa depannya masih panjang. Jadi, biarkan Serena
hidup dengan jantung ayahnya.... Ini bukan pembunuhan. Ini adalah masalah
seorang ayah ingin menolong anaknya. Pengacara negara menolak hal tersebut.

Kalau satu diijinkan, nanti semua narapidana di penjara berbondong-bondong
menjadi donor organ tubuh untuk si anu dan si anu, dengan harapan mereka
bisa luput dari hukuman atas kejahatan mereka,
dengan harapan mereka bisa menjadi pahlawan kesiangan!

Lagipula, siapakah kita sehingga kita berpikir bisa menentukan
hidup siapa yang lebih berharga?

Jadi, dilihat dari sisi manapun, ini adalah pembunuhan.
Dan ini besar efeknya pada masa depan hukum.

Hakim bingung. Sidang pendahuluan ditunda. Penonton penasaran.
Adegan berikut menunjukkan wajah Serena yang sedih dan kebingungan.

Si ayah melarikan diri dalam perjalanan menuju pengadilan lanjutan.
Semua menduga hal ini sudah direncanakan sebelumnya.
Serena sedih dan sakit hati. Dia adalah pembunuh ibuku!
Alangkah tololnya aku, mau percaya bahwa ia bersedia menolong aku
untuk tetap hidup..." Pengacara terdiam.
Tidak tahu harus berkomentar apa. Tiba-tiba hand-phone si pengacara berbunyi.
Dari rumah sakit.
Ayah Serena pergi ke rumah sakit dan menyodorkan kartu donor-nya, dan kemudian...
menembak dirinya sendiri dengan pistol.
Tidak ingin mengambil resiko kalah di pengadilan, si ayah memutuskan mengakhiri
hidupnya sendiri. Rumah sakit mendesak Serena untuk segera datang agar
operasi bisa segera dilakukan.

Jantung ayahnya menunggu, dan tidak bisa menunggu lama.

Di atas ranjang operasi, Serena ragu-ragu. Rasa bersalah menyelimutinya.
Haruskah aku melakukan ini? tanyanya pada semua yang hadir di ruangan.
Ini jantung ayahku... dan ia menembak mati dirinya sendiri....
Semua buru-buru menasehatinya.

"Jangan membuat pengorbanannya sia-sia." "Kalian kan sudah sepakat dari awal.
Hanya saja kita tidak menduga caranya akan seperti ini..." dll dll.

Tapi adalah satu kalimat yang membuat Serena akhirnya mau dioperasi.

"Serena your father faced death... so you won't have to."

(Serena, ayahmu memilih untuk menghadapi kematian agar kamu tidak perlu
mati).

Kalau kita ambil waktu sejenak dan renungkan.. tidakkah cerita ini
mengingatkan kita pada kisah yang pernah kita dengar sebelumnya... ?
sadarkah kita bahwa jantung kita yang hari ini masih berdetak semata
karena ada Satu yang menghadapi maut....
agar saya tidak perlu mati karena dosa-dosa yang saya perbuat.

Namanya adalah Yesus.

"Aku dan Bapa adalah satu," begitulah pernyataan Yesus selama
pelayanan-Nya di bumi, dan harusnya kita bisa begitu bahagia karena
diberikan kesempatan dan bisa berkata pada diri sendiri:
" your Father faced death... so you won't have to." ....

"Hey, do you not know? Your Father faced death, so you won't have to!"
(Tahukah kamu? Bapa-mu menghadapi maut, supaya kamu boleh tetap hidup)

"Karena begitu besar kasih Bapa akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."


Comments

Popular posts from this blog

Kesuksesan adalah: