ESENSI IBADAH by Franky Sihombing

Di Jakarta ada gempuran - gempuran paradigma, dan ternyata sulit
sekali mengubah paradigma, yaitu dari paradigma kebaktian menjadi
paradigma kehidupan. Ibadah yang sesungguhnya BUKAN kebaktian. Ibadah
yang sesungguhnya adalah kehidupan. Saya akan melengkapi dari sudut
pandang yang lain tentang esensi ibadah....

1 Timotius 3:16 "Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah
kita: Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia,
dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diriNya kepada malaikat-
malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.
" Alkitab menyinggung masalah agungnya rahasia ibadah. Setelah
kami saling sharing dalam masalah ibadah yang esensi / yang
sesungguhnya, ada banyak orang yang tidak siap dengan hal ini. Mereka
sudah sangat menikmati pola - pola lama, pola - pola yang punya sisi
hiburan, sisi - sisi liturgi / kebiasaan, yang sebenarnya kalau kita
mau cek / gali, mereka kebanyakan berkata begini, "Bosen." Mereka
udah capek dengan tiga lagu pelan, tiga lagu cepet, satu lagu pelan
lagi yang diulang endingnya, lalu disambung dengan, "haleluya, mari
kita menyembah Tuhan," dan berputar-putar dengan haleluya - haleluya
lagi, mari berbahasa roh... dst. Tidak ada sesuatu yang berubah.
Tidak ada passion di dalamnya, tidak ada spontanitas. Kita kehilangan
itu dalam ibadah. Yang ada hanyalah tata cara / liturgi / kebiasaan2
seperti kaset yang diputar. Kita tahu apa yang terjadi dalam "ibadah"
(kebaktian). Teman saya pernah bilang, "tidur saja di rumah, lihat
jam dinding, kita tahu persis apa yang terjadi di gereja." Dari tahun
ke tahun, itu aja yang terjadi di gereja. Sementara di luar sana,
dunia selalu keluar dengan sesuatu yang baru, dunia selalu
memperlihatkan sesuatu yang kreatif, yang membuat kita selalu
tercengang / merasakan hal-hal yang baru. Gereja kehilangan
kreativitas dan spontanitas. Waktu kita memiliki sesuatu yang baru,
pemimpin kita akan berkata, "Sesat. Jangan ubah- ubah. Biarkan yang
ada tetap ada." Tapi sebenarnya jemaat yang di dalamnya sudah tidak
bisa menikmati lagi.
Alkitab berkata, sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita. Agung
punya pengertian "maha, dahsyat, sangat luar biasa." Jadi ibadah itu
sebenarnya sangat luar biasa. Dalam seminar-seminar biasanya kita
melihat sesuatu yang luar biasa. Tapi begitu kembali ke gereja lokal,
kita sering kembali merasa segalanya biasa-biasa saja. Kalau
ditanya, dari mana? "Dari kebaktian.", "Ada apa?", "Yah, tidak ada apa-
apa. Biasa aja. Nyanyi - nyanyi, lalu dikompasin (disodorin kantong
), setelah itu ada pendeta khotbah, pengumuman2." kolekte Bertahun-
tahun seperti itu. Agung apaan?
Sesungguhnya agunglah ibadah kita. Ibadah adalah gaya hidup ilahi.
Sesungguhnya agunglah rahasia kehidupan ilahi (= ibadah) kita.

Ada 4 hal rahasia dalam ibadah:
1. Dia yang menyatakan diriNya dalam rupa manusia.
Saya lahir di keluarga pantekosta. Lagu yang paling kami sering
nyanyikan "Api Pantekosta¡" atau "Mendidih di Hati." Kadang bisa
sampai 60 kali kata "mendidih" diulang. Semangat banget. Di rumah
kami diajarkan tentang asas -asas kekristenan dengan sangat radikal
sekali. Harus baca dan hapal ayat-ayat Alkitab. Minggu pagi kami
sudah diajar untuk sangat menghormati hari Sabat / kebaktian /
ibadah. Diajarin memberi perpuluhan. Uang dibagi, yang ini untuk
jajan, yang itu untuk persembahan, jangan diganggu gugat, dsb. Tapi
kemudian dari ajaran-ajaran itu semua, kami punya paradigma bahwa
ibadah adalah kebaktian di hari Minggu atau bahwa ibadah adalah
segala sesuatu yang terjadi di gedung gereja. Paradigma itu hidup
selama berbelas-belas tahun dalam hidup kita. Sampai kita ke ayat 1
Timotius 3:16 ini. (Firman berkata bahwa pada mulanya adalah firman,
firman itu bersama-sama dengan Allah, dan firman itu adalah Allah).
Ganti kata "Dia" di ayat itu dengan kata firman, maka ibadah akan
berarti seperti ini, "firman yang telah menyatakan diri / menjadi
nyata / menjadi realita dalam rupa / kehidupan manusia." Apa yang
membuat kita capek di gereja? Sederhana. Kita tidak pernah melihat
firman yang menjadi kehidupan di dalam manusia. Padahal ibadah adalah
pada saat kita bisa menikmati firman lewat kehidupan manusia.
Masih ingat tentang kisah gambar Yesus di tembok rumah di Jalan
Keramat? Saudara lihat betapa bersukacitanya orang Kristen? Itu
bodoh. Mengapa muka Yesus yang ada di tembok? Padahal kalau orang
melihat Yesus, bukan di tembok, dong. Harusnya Yesus dilihat di dalam
diri saya dan saudara. Yang bego, bikin kebaktian, lagi di situ. Apa
bukan penyembahan berhala itu, sampai nangis - nangis segala.
Kampungan banget. Yesus pasti punya rencana menampakkan gambarNya di jalan Keramat.
Yang jelas bukan untuk membuat rumah itu menjadi objek
wisata. Tuhan Yesus mungkin ingin berhadapan dengan yang punya rumah
atau orang-orang yang ada di sekitar situ. Bukan untuk jadi tempat
wisata, orang-orang dateng, bikin kebaktian, doa puasa, sambil
lihat gambar Yesus di tembok. Kalau saya jadi Tuhan, saya akan
bilang, "kurang ajar semua ini kamu. Waktu Aku di dalam hatimu, kamu
nggak ngapa-ngapain, buat dosa terus, tapi begitu Saya ada di tembok,
kamu panik."
Bagian tersulit dari firman Tuhan, bukan mendengarkannya, karena kita
selalu punya waktu untuk datang mendengar firman Tuhan, terutama di
hari-hari "sakti" (Minggu). Di hari "Sakti" itu kita biasa datang ke
gedung gereja mendengarkan firman. Sebagian orang berpikir, ibadah
adalah mendengarkan firman Tuhan. Mendengarkan adalah bagian
termudah. Ternyata ada bagian tersulit, yaitu melakukan firman Allah.
Itu yang sebenarnya Tuhan mau. Firman Allah menjadi kenyataan dalam
kehidupan manusia. Di kebaktian seringnya kita bilang "yes, amen,"
tapi tidak pernah melakukan firman. Inilah yang dunia nantikan:
Firman Allah menjadi kenyataan dalam kehidupan manusia. Dunia tidak
haus khotbah. Dunia tidak haus selebriti rohani. Dunia haus akan
kebenaran yang menjadi nyata dalam hidup manusia. Itulah ibadah.

2. Dibenarkan di dalam Roh.
Ibadah adalah hidup yang dibenarkan di dalam Roh. Ibadah adalah hidup
yang menjadi benar, karena dipimpin oleh Roh. Percayalah, kalau kita
tidak pernah dipimpin oleh Roh, hidup kita tidak akan pernah menjadi
benar. Alasannya sederhana. Dia adalah Allah yang tahu segala
sesuatu, Dialah Allah yang Alfa dan yang Omega, dari awal sampai
akhir, Dia merencanakan segala sesuatu dalam hidup saudara secara
sempurna, dan jangan lupa, Dialah yang menyempurnakan hidup saudara
dan saya dalam perjalan kehidupan kekristenan. Jadi tanpa pimpinan
Roh Kudus, kita tidak akan pernah sampai pada kesempurnaan kehidupan,
karena kita ini tidak punya pengetahuan apapun. Kristus yang ada di
dalam kitalah yang punya pengetahuan akan segala sesuatu. Dipimpin
oleh Roh Kudus bukan suatu hal yang mudah, karena itu berarti kita
berkata seperti Paulus, hidupku bukannya aku lagi tetapi Kristus yang
ada di dalamku. Hidup kita akan diwarnai oleh keputusan - keputusan
yang datang dari Takhta-Nya, bukan datang dari pribadi kita sendiri.
Itu tidak gampang. Untuk orang - orang yang tidak haus pencapaian,
mungkin tidak terlalu sulit. Kalau udah begini, ya emang mau diapain.
Tapi untuk orang - orang yang sangat pintar / kaya, sulit untuk masuk
dalam tuntunan Roh Kudus. Kenapa? Karena kebanyakan orang - orang
yang berada dalam area nyaman, mereka sudah merasa tidak terlalu
butuh pertolongan Tuhan.
Kalau sudah berbicara tentang keputusan - keputusan, kita jadi sangat
kafir tanpa sadar, kita tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Alkitab
mengatakan, hidup kita menjadi benar oleh pimpinan Roh Kudus. Allah
punya gelar "Maha Tahu" (Mazmur 139:16 hari-hari hidup kita sudah
ditulis di bukunya Tuhan. Tuhan sudah membuat skenario hidup kita).
Apa yang bisa membuat hidup kita dan skenario dari Tuhan bisa sama
adalah kalau kita minta dipimpin atau dituntun. Untuk itu dibutuhkan
komunikasi dari hari ke hari.
Pernahkah saudara berpikir mengapa Adam ada di taman Eden? Kalau saya
jadi Tuhan, saya akan buat Taman Eden sedemikian aman supaya tidak
ada sesuatupun yang mengganggu hubungan Tuhan dengan Adam tapi toh
Tuhan menempatkan satu pohon yang menjadikan taman Eden sedemikian
kurang aman. Ngapain Tuhan menempatkan satu pohon yang buahnya tidak
boleh dimakan oleh Adam? Tuhan mengatakan kalau kamu makan buah itu,
kamu akan mati. Ini kan berarti Tuhan membuat kemungkinan Adam bisa
berbuat sesuatu yang salah di mata Tuhan yaitu kalau dia makan buah
itu. Yesus punya skenario yang sangat matang. Yang Tuhan inginkan
adalah kehidupan yang terjalin, bukan hubungan robot. Dia sengaja
menaruh pohon itu supaya nantinya Adam tetap punya komunikasi dengan
Tuhan. Karena begini. Pada saat kamu memakan buah ini kamu akan mati,
bukan secara fisik. Iblis bilang begini, "kamu tidak akan mati, kamu
cuma akan tahu yang baik dan yang jahat." Kenapa Tuhan tidak mau Adam
makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat? Karena pengetahuan
akan membuat manusia kehilangan komunikasi dengan Tuhan. Udah tahu,
ngapain perlu komunikasi? Apa yang membuat kita bertanya kepada
seseorang? Ketidaktahuan. Apa yang membuat kita berpikir tidak perlu
bertanya? Pengetahuan. Tuhan menginginkan sebuah hubungan yang sangat dekat dan komunikasi. Tuntunan datang dari komunikasi. Ngawur untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak bisa bicara dengan kita. Tuhan hidup. Manusia makhluk hidup. Setiap makhluk hidup pasti bisa berkomunikasi. Kemungkinan besar, banyak konflik / problem yang kita alami sehari- hari adalah produk / hasil hidup kita yang tidak dipimpin oleh Tuhan.
Keputusan yang kita ambil sendiri sering membuahkan konflik. Coba
kita tunggu Tuhan memutuskan buat kita. Tuhan tahu yang terbaik buat
kita kan? Saya sering bilang, Tuhan itu Maha Tahu, tapi kita Sok
Tahu.
Kita akan diberikan kepekaan untuk mendengar tuntunannya. Tuntunannya
berupa suara yang lembut, yang keluar dari hati nurani saudara. Kalau
keputusan diambil tanpa tuntunan Tuhan, ada perasaan tidak enak di
hati. Tuhan tertarik untuk dilibatkan dalam setiap aspek kehidupan
saudara, bahkan untuk dilibatkan dalam hal-hal yang sangat sederhana.

3. Allah yang menyatakan diriNya di hadapan malaikat-malaikat
Keintiman dengan Allah dalam penyembahan.
Waktu Allah menyatakan diriNya di hadapan malaikat-malaikat, malaikat-
malaikat itu akan sujud menyembah kepadaNya. Jadi esensi ibadah yang
ketiga adalah penyembahan. Kalau kita pelajari lebih dalam, pujian
dan penyembahan bukan hanya diekspresikan dengan lagu-lagu. Tarian
itu ekspresi penyembahan. Bersorak-sorai itu juga penyembahan. Tidak
perlu alat musik. Waktu bangun pagi dan kita berteriak, "Tuhan,
Engkau dahsyat!" itupun penyembahan. Penyembahan dalam roh sering
ditafsirkan menyembah dalam roh. Siapa yang ngajarin? Itu pelajaran
tempo doeloe yang seharusnya sudah tidak ada lagi dalam paradigma
yang baru. Menyembah dalam roh pengertiannya adalah menyembah dalam
tuntunan roh. Bisa jadi Roh menuntun kita untuk berbahasa roh. Tapi
itu bukan satu-satunya menyembah dalam roh. Jadi waktu Roh menuntun
kita untuk berdiam diri, itupun menyembah dalam Roh. Menyembah dalam
bahasa aslinya berarti mencium (Proskuneo). Harusnya dari bahasanya
saja kita tahu bahwa penyembahan bukan cuma sekedar ekspresi fisik,
tapi lebih kepada sikap hati. Pernah membayangkan mencium? Mencium
adalah sebuah ekspresi termahal; paling private / pribadi. Kita tidak
sembarangan memberikan ciuman. Kalau sembarangan itu berarti anda
terlalu murah. Ciuman hanya kita berikan pada seorang pribadi yang
sangat istimewa bagi kita. Jadi penyembahan berbicara tentang
seberapa istimewanya / dekatnya kita dengan Yesus. Kalau nggak, sori,
itu cuma akting doang. Kadang - kadang kita terjebak dengan semangat,
karena musiknya bagus, karena melihat anak-anak muda yang dipakai
Tuhan, band-nya keren, sound systemnya cool, jadi semangat, seolah-
olah kita tenggelam di dalam hadirat Tuhan. Tunggu dulu. Hadiratnya
siapa itu? Hadirat band. Penyembahan sifatnya sangat pribadi. Hanya
antara kita dengan Allah. Penyembahan juga punya sifat dua arah. Saya
menyatakan rasa cinta saya kepada Yesus, pada saat yang sama, Yesus
menyatakan rasa cintaNya pada saya. Saya memeluk Tuhan dalam
penyembahan, Tuhan juga memeluk saya. Saya mencium Tuhan dalam
hadiratNya, Tuhan mencium saya dalam hadiratNya. Dua arah sifatnya.
Sering dulu kita menyembah sambil berteriak, "Tuhan, puaskan saya."
Sebenarnya Tuhan juga sedang berkata, "Puaskan Aku juga!" Tuhan
dipuaskan dengan penyembahan, dengan ciuman penyembahannya kita.
Harusnya keintiman dengan Tuhan ini adalah sebuah kehidupan, bukan
liturgi / kebiasan / tradisi / metode yang diulang-ulang.

Menurut saya ada 2 hal penting dalam penyembahan yang sudah tersirat
dari penjelasan saya tadi:
(1) kreativitas
(2) spontanitas.
Dua hal ini yang bisa berguna untuk mengecek apakah kita sudah
menyembah dengan benar atau belum. Sebenarnya ada satu hal lagi yang
penting dalam penyembahan: ada nilai romantisme di dalamnya.
Menggambarkan sebuah robot mencium itu susah. Jangan lupa, Tuhan
Yesus akan menjemput kita nanti sebagai mempelai.

4. Diberitakan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah
Penginjilan
Penginjilan adalah ibadah. Penginjilan sangat berkaitan dengan misi.
Misi pasti bicara tentang jiwa-jiwa. Kita semua punya tujuan yang
sama: jiwa-jiwa, bukan denominasi. Menginjil adalah sebuah karunia
[jawatan], tapi saya yakin setiap orang percaya punya kapasitas /
dipanggil untuk menginjil. Menginjil bukan berkhotbah. Tidak semua
orang bisa berkhotbah. Menginjil sebetulnya menceritakan Kristus
dalam kehidupan sehari-hari. Sederhana sekali. Waktu Yesus di dunia,
Ia menceritakan Bapa dan rencana-rencanaNya dalam hidup sehari-hari.
Yesus nggak banyak ngomong. Yesus banyak melakukan. Itu bedanya Yesus dengan kita. Kita kebanyakan ngomong. Dalam Matius, Markus, Lukas,
Yohanes, lebih banyak diceritakan apa yang dilakukan Yesus daripada
apa yang dikhotbahkan Yesus. Inilah yang Yesus inginkan dalam
penginjilan kita: lebih banyak bertindak daripada berkhotbah.
Cerminkan Kristus dan itulah penginjilan yang terbaik. Warna yang
paling kentara dalam penginjilan oleh Yesus adalah nilai sacrifice
(pengorbanan). Di manapun anda berada / bekerja, coba investasikan
nilai berkorban dalam hubunganmu. Kalau nggak ada nilai dalam
berkorban dalam hubunganmu, jangan ngomong penginjilan. Kalau ngomong tentang berkorban, pasti ada yang sakit. Namanya saja berkorban. Tapi bukan berarti korban konyol yang tidak berhikmat. Ketemu orang pakai
serban, "Bapak harus percaya pada Tuhan Yesus sebagai
Juruselamat," .. ya ditonjok! "Wah, saya berkorban," kamu
bilang. "Bukan," Roh Kudus bilang, "kamu bego." Kalau dalam hati
saudara ada dorongan untuk memberitakan kabar baik, lakukanlah dengan
cara yang halus dan bijaksana. Minta Roh Kudus menuntun kita berkata-
kata. Kalau kamu selalu ketemu dengan orang itu, di tempat kerja atau
di manapun juga, pakailah cara persahabatan. Kalau pakai cara
langsung, maka pertemanan kita akan putus tiba-tiba. Pemberitaan yang
langsung / kasar, itu akan membuat tembok buat temen yang kita punya
beban buat dia. Jadi pelan-pelan aja. Gaul aja. Membawa orang pada
Kristus itu bukan masalah pindah agama, tapi iman. Nilai lain yang
harus ada dalam penginjilan adalah: mementingkan orang lain lebih
dari dari mementingkan diri sendiri. Penuhi segala kebutuhannya
semampu saudara. Dia butuh teman bicara, jadilah teman bicara. Dia
butuh tempat pelampiasan uneg - uneg, jadilah tempat pelampiasan
uneg - uneg. Dia butuh uang, selama anda mampu, bantulah dia. Masih
ingat Yesus memberi makan 5000 orang? Waktu orang - orang itu
kelaparan, Yesus tahu kebutuhan mereka bukan berdoa, tetapi makan.
Kalau Tuhan pertemukan seseorang, pasti ada maksud. Mungkin dia butuh
uang untuk sekolah. Kalau saudara punya uang berlebih, ya berikan
kepadanya.

5. Iman
Apakah dari kelima hal di atas ada hubungannya dengan gedung gereja?
Pujian dan penyembahan secara musikal? Khotbah seorang pendeta?
Ibadah bukan sesuatu yang terjadi di dalam gedung. Ibadah terjadi di
luar gedung. Inilah essensi ibadah. Anda tidak akan repot dengan
latihan - latihan band, dengan susunan acara. Ibadah adalah kehidupan
yang terus menerus mengalir dalam komunitas. Ibadah adalah suatu hal
yang sangat dinanti-nantikan oleh dunia.



taken from: www.tanpatembok.net

Comments

Popular posts from this blog

Kesuksesan adalah: